Keterbakatan, Kreativitas dan
Kurikulum Berdiferensiasi
Mata Kuliah : Pengembangan
Kreatifitas dan Keterbakatan
Nama : Risma Ayus Qonita
Kelas : 3PA08
NPM :
16515073
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma Depok
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bakat
adalah anugrah yang tidak boleh disia-siakan dan harus dikembangkan secara
maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah
sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk
membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang
dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat
sasaran.
Kreativitas,
disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan
masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas
erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang
sebuah penemuan besar.
Kreativitas
dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan
keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang
bermanfaat.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian Keberbakatan
Bakat adalah kemampuan
yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent)
dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan
struktur otak. Definisi Columbus Group, bakat adalah 'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas
rata-rata, mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran
diri yang secara kualitatif berbeda dengan orang normal. Di bawah ini
pengertian bakat menurut para ahli, yaitu:
1.
Menurut Renzulli (1981), bakat merupakan
gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan
keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab.
2.
Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat
adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan
mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
3.
Menurut Widodo Judarwanto 2007,
keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi
kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi
tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang
lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya.
4.
Menurut Galton 2002, kebeberbakatan
merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat
yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
5.
Menurut Renzulli 2002, keberbakatan
merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung
jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi.
6.
Menurut Clark (1986), keberbakatan
adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir
dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan.
Keberbakatan ikut ditentukan oleh
kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu
hidup.
Pengertian Kreativitas
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik
dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang
belum pernah ada sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan
cerminan kemampuan operasional anak kreatif. Kreativitas adalah suatu proses
yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu
objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki,
2010).
Proses kreatif adalah
munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu,
dan dari pengalaman yang menekankan pada produk yang baru, interaksi individu
dengan lingkungannya atau kebudayaannya (Rogers dalam Basuki,
2010). Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk
membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati
kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian dalam Basuki,
2010). Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran,
kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir (Munandar dalam
Basuki, 2010).
Clark berdasarkan hasil
berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak,mengemukakan :
“Kretivitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya
terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu :
berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking,
feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark 1986).
Hubungan antara
Keterbakatan dan Krativitas
Konsepsi “ Three-Ring
Conception” dari Renzulli dan kawan–kawan (1981), yang menyatakan bahwa tiga
ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan
antara:
a.
Kemampuan umum di atas rata–rata
Salah
satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya
kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang
menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman
(1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan
kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa
inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach (1976) pun
menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu
mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif. Dalam istilah “kemampuan
umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes
inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif.
Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial,
kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan
salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
b.
Kreativitas di atas rata – rata
Kelompok
(cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan
memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan
baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.
c.
Pengikatan diri terhadap tugas (task
commitment cukup tinggi)
Kelompok
karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif
ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang
mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun
mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas
tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun
menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “genius“, namun dia
percaya bahwa motivasi intrinsic dan
kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai
prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah
melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan:
kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi (pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi
Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang
yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
Ciri-ciri
Anak Berbakat
1.
Si anak memiliki ciri khas
Anak
yang memiliki ciri khas biasnya akan nampak saat dirinya sedang bermain besama
teman-teman sebayanya. Si anak akan bertingkah laku yang lebih dewasa sehingga
kerika bermain dengan teman seusianya cenderung memisah. Namun, bukan berarti
si anak tak mau bermain dan berkumpul dengan teman seusianya. Si anak sangat
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.
Si anak memiliki cara belajar yang
berbeda
Si
anak cenderung tidak bisa diam dan aktif terhadap hal-hal baru. Selain itu, si
anak juga lebih suka untuk mengeklspelor dan mempelajari lebih lanjut sesuatu
yang ada di sekelilingnya. Namun ketahuilah bahwa tidak mau diam bukan berarti
si anak hiperaktif.
3.
Gaya bahasanya lebih dewasa
Si
anak lebih cepat menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya. Untuk itu,
jangan heran jika ada anak yang mengikuti perkataan orang dewasa bahkan
menirukannya. Selain itu, si anak akan lebih cepat untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
4.
Si anak memiliki kosakata yang
banyak
Karena
kemampuannya untuk menyerap bahasa lebih cepat, si anak jadi memiliki kosakata
yang lebih banyak. Dengan begitu, si anak jadi mengerti kata-kata yang
diucapkan kepadanya. Bahkan, si anak bisa menyebutkan secara terperinci baik
itu mengenai benda atau saat menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya.
5.
Si anak memiliki keterampilan yang
lebih
Keterampilan
lebih yang dimilikinya itu, seperti memakai baju sendiri, memegang benda dengan
posisi yang benar tanpa kesulitan, dan keterampilan lainnya. Namun ketahuilah
bahwa keterampilan itu bisa saja dimiliki si anak asalkanAnda mau melatihnya
dengan cara berenang, bermain tenis, dan olahraga lainnya. Dengan berolahraga
bisa melatih kemampuan motorik kasarnya.
6.
Si anak gemar mengoleksi benda
Apakah
anak Anda gemar mengoleksi benda-benda? Jika iya, maka si anak bisa jadi
memiliki bakat. Anak berbakat akan lebih senang untuk mengumpulkan benda-benda
kesukaannya. Misalnya, mainan, baju, hiasan, dan lain sebagainya. Hal tersebut
dikarenakan si anak menyukai bentuknya, warnanya, serta modelnya. Tak heran jika
si anak gemar memilih-memilih atau mengelompokkan benda-benda kesukaannya itu.
7.
Si anak gemar membaca
Saat
usia si anak 1 tahunan, dirinya akan mampu untuk membedakan gambar yang
posisinya terbalik. Selain si itu, si anak juga akan menunjukkan gerakan kepala
dari kiri ke kanan seolah-olah dirinya sedang membaca. Ketahuilah bahwa hampir
50 persen anak yang berbakat sudah bisa membaca sejak usianya 2-2,5 tahun.Untuk
merangsang anak agar suka membaca, Anda juga bisa melatihnya dengan mendongengkan
buku atau sering bercerita kepadanya.
8. Memiliki kemampuan logika
Anak
berbakat akan mudah memahami benda-benda yang besar dan kecil, serta membedakan
banyak dan sedikit. Selain itu, si anak juga mengerti mengenai berapa lama,
berapa jauh, dan berapa banyak. Dan anak berbakat juga bisa membedakan atas dan
bawah, kiri dan kanan, serta maju dan mundur.
9.
Memiliki daya ingat yang cukup baik
Daya
ingat anak berbakat sangat tinggi. Misalnya, si anak mampu mengingat kejadian
yang sudah lama dan mampu untuk mengungkapkannya kembali dengan baik. Apakah
anak Anda seperti itu?
10.
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Anak
berbakat cenderung lebih banyak bertanya terhadap apa yang belum dimengerti.
Jika si anak banyak bertanya pada apa yang tidak diketahuinya, maka sebagai
orangtua Anda harus memberikan jawaban untuknya. Berilah jawaban dengan baik
dan jangan biarkan si anak tanpa jawaban.
11. Pandai bersosialisasi
Anak
berbakat akan lebih senang untuk bermain dengan teman di atas usianya. Dirinya
akan merasa nyaman bermain dengan teman yang usianya lebih tua darinya.
Sedangkan, saat bermain dengan teman seusianya si anak akan merasa tidak
nyaman.
12. Memiliki energi yang kuat
Setiap
beraktivitas, si anak selalu bersemangat karena dirinya memiliki energi yang
kuat. Untuk itu, jangan heran jika si anak kurang tidur siangnya.
Kurikulum Berdiferensiasi Pada Anak
Berbakat
Istilah diferensiasi
dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum,
melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu.
Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun
model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan
individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu
orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang
berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan
berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program
khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses
belajar dan produk belajar.
Berbeda dengan
kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban
terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga,
dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus
meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang
menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Perbedaan kurikulum umum dengan kurikulum berdiferensiasi terletak dalam
hal bahwa kurikulum umum mencakup berbagai pengalaman belajar yang dirancang
secara komprehensif dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu, dengan
mengembangkan kontennya sesuai kepentingan perkembangan populasi
sasaran tertentu. Sedangkan
kurikulum Berdiferensiasi bagianak yang berbakat terutama mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui
berbagai program yang akan menumbuhkan kreatifitasnya serta mencakup berbagai
pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi.
Kendati demikian, pada
dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang
menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan
pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman,
serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai
dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Lalu, Bagaimana Kurikulum Berdiferensiasi Dapat
Dikembangkan? Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini
menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru
dan siswa yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar.
Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa siswa pada
saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya. Suatu
kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses,
dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan
cara sebagai berikut.
Kurikulum Berdiferensiasi
Menyesuaikan dengan Kurikulum Umum
a.
Menambah
hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan
tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak berbakat.
b.
Mengubah
bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran
dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi
kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak. Sehingga, anada beberapa
bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak
berbakat.
c.
Mengurangi
kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat
memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan
anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri
dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi.
d.
Meluaskan
dan mendalami materi.
Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi
pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam.
Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang
Baru atau Khusus Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang
benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.
Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus
mengetahui beberapa asas kurikulum sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan mata pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan
dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar
bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan
dipelajarinya di lingkungan sekolah.
b. Berorientasi dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar
mengajar menekankan perkembangan keterampilan dan proses berpikir
daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak sudah mengenal bagian-bagian
serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian tersebut dengan bagian-bagian
kendaraan.
c. Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya
mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana
keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
d. Penerapan tugas berakhir terbuka. Dengan asas ini tidak ada istilah
“benar” dan “salah” dalam hasil tugas siswa, tetapi seluruhnya berdasarkan
pengalaman setiap anak.
e. Memungkinkan anak memilih. Asas ini memberikan peluang kepada
setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing.
Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.
Tiga
hal yang membedakan penerapan kurikulum berdiferensiasi dengan kurikulum umum:
a. Konten. Muatan atau materi yang diberikan
kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
b. Proses. Proses belajar anak berbakat, entah
itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
c. Produk. Dalam hal penugasan, anak berbakat
diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk
belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.
Daftar Pustaka
Munandar,
Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
S.C.U.
Munandar. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.1992.
Prof.
Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, dkk. (1982). Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan
Pendidikannya. Jakarta: CV. Rajawali.
Hasan,
Maimunah. (2009). PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta: DIVA Press.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar