Jumat, 06 Januari 2017

MAKALAH PSIKOLOGI DAN TEKNOLOGI INTERNET (SOFTSKILL) “PLAGIARISME”

MAKALAH PSIKOLOGI DAN TEKNOLOGI INTERNET
(SOFTSKILL)
“PLAGIARISME”


Disusun Oleh:
 1.  Erkan Taufiq (12515248)
 2. Hemashella Permata (13515109)
 3. Rifatunnisa Rahagita (15515956)
 4. Risma Ayus Q (16515073)
 5. Vicka Yudesti Ilna (17515025)
                    

                                                      FAKULITAS PSIKOLOGI
                                                 UNIVERSITAS GUNADARMA
                                                                    DEPOK
                                                                      2017




KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi dan Teknologi Internet tentang Plagiarisme.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
            Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
            Akhir kata kami berharap semoga makalah Psikologi dan Teknologi Internet tentang Plagiarisme ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



                                                                                                Depok, Januari 2017


                                                                                                            Penyusun




      BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Plagiarisme ini menjadi sebuah problematika sosial yang paling dikhawatirkan oleh insan-insan dari industri kreatif seperti seniman, musisi, penulis dan juga akademisi. Kasus plagiarisme mungkin sebenarnya sudah sering terjadi dan mengakar di masyarakat Indonesia namun hanya beberapa kasus yang “tertangkap basah” dan disorot oleh media sehingga permasalahan plagiarism kurang diketahui masyarakat. Kurangnya penyebaran informasi mengenai plagiarism ini dan kurang tegasnya sanksi sosial maupun sanksi hukum yang diterapkan kepada para pelaku plagiarsme atau plagiat dan juga kurangnya sosialisasi mengenai batasan-batasan plagiarisme menyebabkan tindakan plagiarisme marak dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada khususnya.
Plagiarisme memiliki definisi penjiplakan yang melanggar hak cipta (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional, 2002). Sementara itu hak cipta meiliki definisi yaitu hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.  Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002). 

B. RUMUSAN MASALAH
    1. Pengertian dari Plagiarisme
    2. Pengaruh dan dampak buruk dari Plagiarisme
C. TUJUAN
     1. Memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Psikologi dan Teknologi Internet.
     2. Memperoleh pengetahuan tentang Plagiarisme
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Plagiarisme
Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator. Menurut Adimihardja (2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan atau tulisan orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai miliknya sendiri.  Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja menyalin pemikiran atau kerja orang lain tanpa cara-cara yang sah (Adimihardja, 2002).  Pelaku plagiarisme dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007). Plagiarisme memiliki definisi penjiplakan yang melanggar hak cipta (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional, 2002). Sementara itu hak cipta meiliki definisi yaitu hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.  Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002). 
Pelaku yang melakukan plagiarisme memiliki beberapa alasan kenapa mereka melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. Alasan paling dominan mengapa pelaku-pelaku tindak plagiat tersebut melakukan tindakan plagiarisme adalah karena mereka malas dan merasa tindakan plagiarisme adalah sebuah jalan singkat untuk menyelesaikan tugasnya. Hal ini sering terjadi di bidang akademik dan umumnya dilakukan leh pelajar yang ingin tugas karangan atau karya ilmiahnya segera selesai. Tapi bukan hanya sebatas pelajar saja, para guru dan dosen pun tidak luput dari tindakan plagiat seperti contohnya yang terjadi di UIN ketika salah satu dosen UIN menjiiplak tesis hasil karya mahasiswa UIN. Hal ini bukan hanya berdampak pada sang dosen yang melakukan tindakan plagiarisme  tersebut tapi masyarakat umut juga akan menganggap insan pendidik di Indonesia berkualitas sama buruknya dengan dosen tersebut.
Selain kemalasan, alasan lain mengapa orang-orang melakukan tindakan plagiarisme atau plagiat adalah karena mereka menganggap individu yang ia contek atau jiplak memiliki karya cukup bagus sehingga ia menjiplaknya dan mengakuinya menjadi milik sendiri agar mendapat pujian atau nilai bagus. Hal ini ditilik dari sisi psikologis diakibatkan oleh rasa rendah diri yang dimiliki oleh sang plagiat karena merasa ia tidak akan bisa menulis atau menghasilkan karya sehebat dan sebagus seperti milik individu yang ia jiplak atau mungkin juga campuran antara rasa malas seperti yang saya jabarkan tadi dengan rasa rendah diri tersebut. Sementara itu kesibukan dan sempitnya waktu yang bisa diluangkan untuk menghasilakan karya yang layak atau bagus juga dijadikan alasan para plagiat untuk membohongi hati nuraninya sendiri karena seadikit banyak para plagiat tentu merasa berdosa atau bersalah ketika melakukan tindakannya tersebut.
Tindakan plagiarisme ini bisa berdampak pada masyarakat berupa berkurangnya kreativitas masyarakat karena akan timbul rasa was-was karena takut karyanya dijiplak orang lain sehingga masyarakat malas berkarya dan menelurkan ide-ide baru. Hal ini juga membuat pola pikir masyarakat yang tadinya produktif (menciptakan hal-hal baru) menjadi reproduktif (menciptakan berdasarkan hal-hal yang sudah ada). Selain dampak pada masyarakat plagiarisme juga berdampak pada penulis asli dan individu yang melakukan plagiarisme.
Yang jelas plagiarisme itu sendiri merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap norma sosial, khususnya nilai-nilai yang berlaku di masyarakat terkait dengan soal kejujuran. Dengan melakukan plagiarisme, seseorang telah berbuat tidak jujur karena mengakui sesuatu yang bukan miliknya, bukan hasil karyanya. Sebagai pelanggaran norma sosial, pelaku plagiarisme yang ketahuan biasanya akan menerima sanksi sosial yang beraneka ragam, mulai dari cemoohan sampai kecaman atau bahkan pengucilan, dan bisa bertambah lagi dengan sanksi administratif manakala “dosa” tersebut dilakukan dalam lingkungan institusi akademik ataupun pers.
Namun terkadang tindakan plagiat disebabkan karena ketidaksadaran pelaku bahwa ia telah melakukan tindakan plagiarisme karena ia tidak tahu batasan-batasan sebuah tindakan termasuk sebuah tindakan plagiarisme atau bukan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan terhadap batasan-batasan sebuah tindakan itu tergolong tindak plagiat atau bukan sehingga menyebabkan ketidaksengajaan melakukan tindakan plagiat. Hal ini memang didasari atas ketidaksengajaan, tapi siapa yang tahu bahwa seseorang melakukan tindakan plagiat didasarkan kesengajaan atau tidak selain orang itu sendiri dan Tuhan? Maka dari itu sanksi yang diberikan tidak dibedakan dengan orang-orang yang memang terang-terangan melakukan tindakan plagiarisme. Maka dari itu alangkah baiknya untuk kita mengetahui apa batasan-batasan tersebut.
Yang digolongkan sebagai plagiarisme:
·         menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain
  • mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya
Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarism:
·         Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
  • Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
  • Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
  • Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
  • Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
  • Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan
  • Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.
Hal-hal yang tidak tergolong plagiarisme:
·         menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
  • menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas.
  • mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.
Kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari tindakan plagiarisme adalah sebagai berikut :
·         Kerugian bagi penulis asli :
Menghasilkan sebuah karya pastinya adalah bukan suatu hal yang mudah dan memerlukan usaha yang besar. Jika anda sebagai penulis, tentu anda akan merasa kesal ketika melihat karya anda dijiplak orang lain tanpa seizin anda dan tanpa mencantumkan sumbernya bukan? Sang plagiator juga bisa memfitnah penulis aslinya dengan menyatakan bahwa penulis aslinya lah yang melakukan plagiarisme bukan dirinya.
·         Kerugian bagi plagiator :
Sebuah tulisan memerlukan referensi agar kandungannya terjamin kebenarannya. Tulisan seorang plagiator tidak mencantumkan sumbernya sehingga kebenarannya diragukan. Bisa jadi tulisan yang tanpa referensi merupakan HOAX atau berita bohong. Contohnya anda membicarakan masalah agama tanpa mencantumkan sumbernya (kitab suci), tidak ada seorangpun yang akan menerima pendapat anda.
·         Kerugian bagi pembaca dan masyarakat luas :
Para pembaca akan tertipu oleh sang plagiator  dan mengira sang plagiator adalah seorang yang hebat sehingga akan menimbulkan kebohongan publik. Membohongi para pembaca.

BAB III
KASUS
Kasus plagiat juga diberitakan terjadi di salah satu universitas terbesar di Makassar di mana sejumlah dosen yang mengusulkan jabatan Guru Besar, karya ilmiah dalam bentuk jurnal Internasional dari luar negeri tapi setelah dilakukan pengecekan dan verifikasi tempat di mana jurnal itu terbit, dikabarkan ternyata ada indikasi bahwa lokasi penerbitan jurnal itu fiktif. Akibatnya Dijtjen Dikti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan sangsi administratif Kolektif berupa tindakan semacam kebijakan moratorium penundaan/penghentian sementara usulan guru besar dari univerisitas yang bersangkutan. Beberapa tahun lalu ketika kebijakan terkahir Kementrian Pendidikan yang masih memberikan kesempatan terkahir untuk tenaga akademisi yang masih bergelar S2 untuk mengusul ke pangkat Guru Besar, puluhan dosen pengusul Guru besar terindikasi memiliki karya ilmiah yang merupakan hasil plagiat. Kasus plagiat yang banyak terjadi berupa Jurnal Fiktif (Jurnal Bodong) yang mana setelah di cek kantor penerbit jurnal tersebut di luar negri Fiktif. Ada juga kasus scan karya ilmiah orang lain dan diganti dengan nama dan identitas si plagiator. Di tingkat sekolah menengah sejumlah guru yang mengajukan persyaratan untuk sertifikasi guru terindikasi memiliki karya Ilmiah hasil plagiat.

BAB IV
KESIMPULAN
Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator
Plagiarisme ini menjadi sebuah problematika sosial yang paling dikhawatirkan oleh insan-insan dari industri kreatif seperti seniman, musisi, penulis dan juga akademisi. Kasus plagiarisme mungkin sebenarnya sudah sering terjadi dan mengakar di masyarakat Indonesia namun hanya beberapa kasus yang “tertangkap basah” dan disorot oleh media sehingga permasalahan plagiarism kurang diketahui masyarakat. Kurangnya penyebaran informasi mengenai plagiarism ini dan kurang tegasnya sanksi sosial maupun sanksi hukum yang diterapkan kepada para pelaku plagiarsme atau plagiat dan juga kurangnya sosialisasi mengenai batasan-batasan plagiarisme menyebabkan tindakan plagiarisme marak dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada khususnya.


Daftar Pustaka
Utorodewo, Felicia N., dkk. 2010. “Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah”. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2010.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga. Balai Pustaka. Jakarta.   

Adimihadja, M.  2005.  Plagiarisme.  Makalah Disampaikan dalam Lokakarya Etika di Perguruan Tinggi yang Dilaksanakan di Medan pada Tanggal 19—20 April 2005.  Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.  Medan.  24 p.






Review Kecanduan internet, Penggunaan, Gratifikasi, dan Pengalaman kesenangan: Kasus Mahasiswa Taiwan 'Chien Chou, Ming-Chun Hsiao

BAB I
A.    Latar Belakang Masalah
Penggunaan Internet di kampus-kampus Taiwan dan dalam masyarakat telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan penggunaan akademik Internet terutama ditujukan untuk penelitian dosen dan komunikasi, internet juga telah menjadi bagian penting dari kehidupan pelajar. Keterlibatan dengan Internet telah banyak diamati di kampus. Misalnya, Chou, Chou dan Tyan (1999) melaporkan pengamatan ini: di satu asrama di universitas science dan teknologi yang berorientasi mereka, empat teman sekamar sibuk, diam-diam bekerja pada PC mereka. Mereka login ke Internet untuk chatting dengan orang lain, teman sekamar mereka! Pengamatan lain para peneliti membuat adalah bahwa beberapa mahasiswa gagal dalam karena mereka menghabiskan terlalu banyak waktu di Internet bukan pada studi mereka. Beberapa siswa tetap terhubung ke Internet hampir sepanjang hari selama mereka terjaga. Mahasiswa salah satu peneliti melaporkan bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi, dan merasa depresi serius dan lekas marah ketika koneksi jaringan nya keluar.
Dalam masyarakat Taiwan, banyak siswa terpisah dari keluarga mereka dan bergerak ke arah hidup mandiri ketika mereka memasuki perguruan tinggi. Sebagian besar dari mereka tinggal di asrama sekolah, dan memiliki akses internet cepat dan gratis melalui sistem jaringan sekolah. Lebih dari setengah dari mereka tidak menggunakan internet sebelum memasuki perguruan tinggi, begitu pula orang tua mereka. Namun, setelah lulus mereka dari perguruan tinggi, masing-masing dari mereka adalah baik berpengalaman dengan internet. Internet menjadi bagian penting dari kehidupan mahasiswa ', tidak hanya untuk studi mereka dan rutinitas sehari-hari, tetapi juga sebagai alat untuk mengenal orang lain dan seluruh dunia. Kebanyakan orang menggunakan internet dengan cara yang sehat dan produktif. Namun, beberapa mahasiswa mengembangkan `` '' penggunaan patologis internet. Kandell (1998) memberikan analogi bahwa olahraga yang baik dan orang memerlukannya, tetapi lebih-latihan dapat memiliki dampak negatif destruktif pada kesehatan manusia. penggunaan internet mirip. Over-keterlibatan dengan internet, atau `` penggunaan Internet patologis '' (PIU) dapat menyebabkan pengguna manajemen waktu atau masalah kesehatan, dan menciptakan conficts dengan kegiatan sehari-hari lainnya atau dengan orang-orang di sekitar pengguna.
Pengamatan ini menarik perhatian peneliti dan mendorong kami untuk bertanya bagaimana internet menghubungkan mereka begitu gigih, yang menyebabkan mereka untuk menghasilkan perilaku kecanduan seperti itu? Siapa yang benar-benar kecanduan internet, dan mengapa mereka kecanduan?.

B.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan asumsi tersebut, tujuan dari penelitian survei ini adalah untuk menguji kecanduan internet mahasiswa Taiwan ', penggunaan internet, kepuasan dan kesenangan komunikasi. Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
 1. Siapa pecandu internet dan bagaimana kita dapat menyaring mereka?
 2. Apa perbedaan-perbedaan dalam penggunaan internet, kebutuhan tingkat kepuasan, dan pengalaman kesenangan antara pecandu dan non-pecandu kelompok?
 3. Apa perbedaan-perbedaan dalam dampak Internet pada dimensi kehidupan sehari-hari antara pecandu dan kelompok non-pecandu?
4. Apa prediktor kecanduan internet?


BAB II

A.    Metode Penelitian
1.      Instrumen
Penelitian ini mengembangkan kuesioner survei dengan lima bagian. Bagian pertama, `` ChineseIRABI versi II '' (C-IRABI-II), setelah Brenner `` internet terkait Addictive Perilaku Inventarisasi '' (IRABI) (Brenner, 1996, 1997) dengan beberapa pertanyaan direvisi dirancang untuk cocok Taiwan tertentu lingkungan jaringan. Tidak seperti benar / kuesioner palsu Brenner, bagian ini terdapat 40 pertanyaan Likert skala; subjek diminta untuk membaca pernyataan dan menunjukkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan mereka menggunakan salah satu opsi pada skala 4-point: SA (Sangat setuju), A (Setuju), D (Tidak Setuju), dan SD (Sangat tidak setuju) . Bagian kedua dari kuesioner survei didasarkan pada DQ Young (Young, 1998) delapan ya ± ada pertanyaan tentang kecanduan internet:
1. Apakah Anda merasa asyik dengan Internet (berpikir tentang aktivitas online sebelumnya atau mengantisipasi berikutnya on-line sesi)?
2. Apakah Anda merasa perlu untuk menggunakan Internet dengan meningkatnya jumlah waktu untuk mencapai kepuasan?
3. Apakah Anda berulang kali membuat tidak berhasil kemajuan untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet?
4. Apakah Anda merasa gelisah, murung, tertekan, atau mudah marah ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan internet?
5. Apakah Anda tetap on-line lebih lama daripada yang dimaksudkan?
6. Apakah Anda membahayakan atau mempertaruhkan kehilangan hubungan, pekerjaan, pendidikan, atau peluang karir yang signifikan karena Internet?
7. Apakah Anda berbohong kepada anggota keluarga, terapis, atau orang lain untuk menyembunyikan tingkat keterlibatan dengan internet?
8. Apakah anda menggunakan internet sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah atau meringankan suasana hati dysphoric (misalnya perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, kecemasan, depresi)?

2.      Subyek dan proses distribusi
Subyek sasaran semua mahasiswa Taiwan. Rencana pengambilan sampel stratified didasarkan pada `` Statistik Pendidikan Republik Cina, Taiwan '' (Administrasi Pendidikan Taiwan, Republik Cina, 1997) dan dilakukan sesuai dengan jurusan dan wilayah geografis. Seribu 209 kuesioner survei kertas dan pensil dibagikan kepada 26 departemen dan program pascasarjana di 12 universitas dan perguruan tinggi di seluruh Taiwan. Dari pertengahan Mei hingga akhir Juni 1998, total 910 sampel data yang valid dikumpulkan. Di antara mereka, 60% (546) berasal dari responden laki-laki, dan 40% (364) berasal dari responden perempuan. EightyOne persen responden berada di rentang usia 20 ± 25, dengan usia rata-rata 21,11 dan standar deviasi 2.10.

Alasan mengapa penelitian ini menggunakan dua instrumen adalah untuk meningkatkan validitas terkait kriteria, yaitu, untuk memberikan bukti bersamaan validitas penelitian ini.


B.     Sampel/Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel bertingkat dari 1.209 mahasiswa dan 910 tanggapan yang valid dikumpulkan dari mahasiswa kasus mahasiswa Taiwan 'Chien Chou, Ming-Chun Hsiao

C.     Alat Ukur yang Digunakan
menggunakan penilaian konservatif bahwa persimpangan dua kelompok dianggap sebagai pecandu internet.


BAB IV

A.    Kesimpulan
dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki kecanduan mahasiswa 'Taiwan Internet, pola penggunaan internet mereka, dan kepuasan dan komunikasi kesenangan. Oleh karena itu, kuesioner kertas diberikan kepada sampel bertingkat dari 1.209 mahasiswa dan 910 tanggapan yang valid dikumpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecanduan internet memang ada di antara beberapa mahasiswa Taiwan. Dalam studi ini, 54 pecandu internet disaring oleh CIRABI-II dan kriteria Young. Persentase pecandu dalam sampel penelitian ini adalah sekitar 5,9%, lebih rendah dari Brenner (Brenner, 1997) 10,6 dan Morahan-Martin dan Schemacher ini (Morahan-Martin & Schemacher, 1997) 8,1%, mungkin karena kami menggunakan dua kriteria secara bersamaan untuk menyaring mungkin pecandu. Hasil kami menunjukkan bahwa pecandu internet menghabiskan hampir tiga kali lipat jumlah jam di Internet sebagai kelompok daripada non-pecandu. Secara khusus, pecandu internet menghabiskan signifikan lebih banyak waktu di BBSs, WWW, e-mail dan permainan daripada non-pecandu. . Hasil studi ini menunjukkan bahwa pecandu internet perguruan menghabiskan sekitar 17 jam per minggu pada BBSs, sekitar 6,5 jam dari WWW dan sekitar 3,47 h pada e-mail, yang secara signifikan lebih tinggi daripada non-pecandu '6.6, 3.94, dan 1.42 h.
 Menurut teori Penggunaan dan Gratifikasi, dan teori Komunikasi Play, siswa memiliki berbagai kebutuhan (sosial, karya akademis, dll) untuk menggunakan Internet, yang menyebabkan  derajat erent paparan aplikasi Internet ( BBS, e-mail, WWW, dll) dan mengakibatkan berbagai tingkat kepuasan dan kesenangan pengalaman. Beberapa siswa mungkin cenderung ke arah lebih-keterlibatan dengan atau penggunaan patologis Internet, dan secara bertahap mengembangkan kecenderungan kecanduan. Membandingkan kelompok pecandu dan skor kelompok non-pecandu pengalaman mereka yang dilaporkan sendiri kesenangan dan kepuasan menunjukkan bahwa kelompok pecandu mencetak secara signifikan lebih tinggi pada PIEU-II dan pengukuran kepuasan. Ini berarti bahwa kelompok pecandu merasa bahwa internet adalah lebih menghibur, menyenangkan, dan interaktif; mereka pikir internet bisa membantu mereka melarikan diri dari tanggung jawab dunia nyata dan identifikasi, dan sehingga mereka lebih puas dengan penggunaan internet mereka.



BAB III

A.    Hasil & Pembahasan
1.      Analisis faktor C-IRABI-II dan PIEU-II
Tujuan dari analisis eksplorasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengurangi item dengan menghapus yang tidak valid. analisis faktor C-IRABI-II mengungkapkan enam faktor: masalah yang berkaitan dengan kecanduan internet, penggunaan internet kompulsif dan penarikan dari kecanduan internet, penggunaan internet jam, internet sebagai media sosial, internet antarpribadi hubungan ketergantungan, dan internet sebagai pengganti harian aktivitas, kontribusi total 52,14% dijelaskan varians, dan keandalan yang adalah 0.925.
2.       Pecandu internet versus non-pecandu
Dua kriteria yang dipilih untuk membedakan pecandu dari non-pecandu dalam penelitian ini. Mereka memenuhi dua kriteria yang diidentifikasi sebagai `` pecandu internet. '' Egger dan Rauterberg (1996) dan Moreahan-Martin dan Schumacher (1997) menetapkan 10,6% dan 8,1% dari sampel masing-masing sebagai tingkat kecanduan, sesuai, kita ditetapkan sebagai kriteria pertama kami bahwa mereka yang mencetak gol di atas 10% (110 dan di atas) dari C-IRABI-II yang mungkin pecandu. Dengan demikian, 89 subyek disaring keluar sebagai pecandu dengan penelitian ini. Kriteria kedua kami mengikuti saran Young bahwa responden menjawab `` ya '' untuk pecandu lima atau lebih dari delapan pertanyaan nya dipertimbangkan. Kriteria kedua kami disaring 125 dari 910 responden (sekitar 13,7%) sebagai pecandu.
3.       Analisis regresi kecanduan internet
Salah satu pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah, Apa prediktor kecanduan internet? Oleh karena itu, analisis regresi bertahap dilakukan di mana skor C-IRABI-II
adalah variabel dependen, sedangkan subjek seks, BBS penggunaan jam, penggunaan WWW jam, e-mail menggunakan jam, penggunaan permainan jam, skor kepuasan, dan skor PIEU-II adalah variabel independen. Bahwa prediktor paling kuat dari kecanduan internet adalah skor PIEU-II, diikuti dengan jam BBS penggunaan, jenis kelamin, skor kepuasan, dan e-mail menggunakan jam. Perhatikan bahwa penggunaan permainan jam dan penggunaan WWW jam tidak termasuk dalam rumus regresi ini karena kekuatan prediksi yang rendah. Tabel 7 menunjukkan model regresi kecanduan internet.


DAFTAR PUSTAKA

Administration of Education of Taiwan, Republic of China (1997). Educational statistics of Republic of China,
Taiwan. Taipei, Taiwan.
American Psychiatric Association (1995). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed.).
Washington, DC.
Brenner, V. (1996). An initial report on the online assessment of Internet addiction: the first 30 days of the Internet
usage survey. [On-line] Available at http://www.ccsnet.com/prep/pap/pap8b/638b/012p.txt.
Brenner, V. (1997). Parameters of Internet use, abuse and addiction: the first 90 days of the Internet usage survey.
Psychological Reports, 80, 879±882.
Chou, C., Chou, J., & Tyan, N. N. (1999). An exploratory study of Internet addiction, usage and communication
pleasure Ð the Taiwan's case. International Journal of Educational Telecommunications, 5(1), 47±64.
Egger, O., & Rauterberg, M. (1996). Internet behavior and addiction. [On-Line] Available at http://
www.ifap.bepr.ethz.ch/0eger/ibq/res.html.
Goldberg, I. (1996). Internet addiction disorder. [On-Line] Available at http://www.physics.wisc.edu/ 0 shalizi/
internet addiction criteria.html.
Griths, M. (1998). Internet addiction: does it really exist. In J. Gackenbach, Psychology and the Internet:
intrapersonal, interpersonal, and transpersonal implications. New York: Academic Press.
Kandell, J. J. (1998). Internet addiction on campus: the vulnerability of college students. CyberPsychology and
Behavior, 1(1), 11±17.
McQuail, D. (1994). Mass communication theory (3rd ed.). London: Sage.
Morahan-Martin, J. M., & Schumacker, P. (1997). Incidence and correlates of pathological Internet use. In Paper
presented at the 105th Annual convention of the American Psychological Association, Chicago, Illinois.
Moore, D. (1995). The emperor's virtual clothes: the naked truth about the Internet culture. Alogonquin, NC: Chapel
Hill.
Morris, M., & Ogan, C. (1996). The Internet as mass medium. Journal of Communication, 46(1), 39±50.
C. Chou, M.-C. Hsiao / Computers & Education 35 (2000) 65±80 79
Stephenson, W. (1988). The Play Theory of mass communication. New Brunswich, NJ: Transaction Books.
Squire, B. P. (1996). Internet addiction. Canadian Medical Association Journal, 154(12), 1823.
Young, K. S. (1998). Internet addiction: the emergence of a new clinical disorder. CyberPsychology and Behavior,

1(3), 237±244.

REVIEW PENGARUH SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA (UNSIKA UNSIKA ) KARAWANG




BAB I
A.    Latar Belakang Masalah
Merasakan pengaruh sosial media (facebook) yang sangat besar baik itu pengaruh positif dan negatif, mengakibatkan ketergantungan mahasiswa ilmu komunikasi universitas negeri (unsika) karawang terhadap facebook, karena kemudahan dalam mengakses facebook itu sendiri.
Keistimewaan fb terletak pada fasilitasnya yang variatif dan cenderung mudah dipelajari. Fb muncul dengan segala sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, lewat berbagai aplikasi yang seru dalam era web 2.0. Saat ini penggunaan fb di indonesia sudah menjadi rutinitas sehari-hari, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pengusaha, pengacara, politisi, artis, tokohtokoh dunia dan lainlain, dan dari berbagai kelas dan golongan karena masalah penggunaan internet sudah bukan barang yang mahal. Hal ini disebabkan hanya dengan beberapa ribu rupiah saja sudah bisa menjelajah ke dunia maya di warnetwarnet pinggir jalan sehingga penggunaan fb merupakan hal yang biasa seperti penggunaan internet pada umumnya. Sekarang ini indonesia telah menjadi 'the republic of the fb(budi putra, the republic of the facebook, www.linkedin.com 2009).
Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs yang mulai dibuka untuk umum pada 2009 ini (wiguna, 2009). Pertumbuhan pengguna fb di indonesia dari tahun ketahun meningkat terus, tahun 2008 adalah 64,5% dengan 831.000 pengguna di akhir tahun, menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan pengguna tertinggi di asia. Hingga september 2010 data pengguna fb di indonesia yang dirilis situs insidefb.com per 2 september 2010, jumlah pengguna indonesia mencapai 27.800.160.
Melihat perkembangan fb yang sem akin familiar dan banyak disenangi oleh pengguna internet di indonesia khususnya remaja dan mahasiswa, sekaligus dampakdampak negative atau positif yang ditimbulkannya serta berindikasi memiliki peran yang kuat dalam menfasilitasi penggunanya untuk melaku kan interaksi sosial melalui komunikasi, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.
B.     Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Apakah ada pengaruh facebook terhadap sikap pada prestasi belajar
2. Intensitas membuka facebook terhadap sikap pada prestasi belajar.
3. Apakah ada pengaruh kelompok pergaulan terhadap sikap pada prestasi belajar
4. Apakah ada pengaruh facebook, intensitas membuka facebook dan kelompok pergaulan secara bersama-sama berpengaruh terhadap sikap pada prestasi belajar.



BAB II
A.    Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode survei eksplanatori untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dan pengujian hipotesis (singarimbun, 1985:3). Selain itu metode survai adalah penelitian yang berupaya mengumpulkan data lapangan, menggambarkan dan menganalisis data yang pada dasarnya kuantitatif dengan bantuan analisis statistika yang relevan, sehingga dapat dibuat kesimpulan tentang arti data tersebut.
Sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survai (explanatory survey), yakni penelitian dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya melalui data tertentu. Penggunaan metode survai dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan (ekplanatory) hubungan kausal antara variabel penelitian melalui pengajuan hipotesis.

B.     Sampel/Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa ilmu komunikasi universitas singaperbangsa karawang yang berjumlah  770 orang.

C.     Alat Ukur yang Digunakan
Di bagi menjadi 2:
1.                   Data primer
Data primer diperoleh dari hasil jawaban responden melalui kuesioner yang berkaitan dengan masalah pengaruh facebook terhadap prestasi belajar dalam kelompok pergaulan terhadap sikap para mahasiswa ilmu komunikasi universitas singaperbangsa karawang. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai arti dalam menguji hipotesis (nazir, 1988 : 248). Kuesioner penelitian ini terdiri dari pertanyaan tertutup (close form questionnaire) maupun  pertanyaan terbuka (open form questionnaire), yaitu :
Pertanyaan tertutup jawabannya sudah disediakan, sehingga tinggal memberi tanda, sedangkan pertanyaan terbuka ditujukan agar dapat memberi kebebasan seluas-luasnya pada responden untuk memberikan jawaban. Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut dapat digunakan  sebagai data pendukung yang dapat dijadikan bahan untuk menggambarkan dan  menjelaskan fenomena yang terjadi (hadi, 2000 : 158–159).
Penentuan skor atas jawaban pertanyaan yang bersifat tertutup dari kuesioner yang diajukan pada responden, dibuat dengan menggunakan skala likert. Cara pengukurannya dengan memberikan pertanyaan yang menggunakan rancangan jawaban, sebagai berikut : ss  = sangat setuju, s = setuju, r = ragu-ragu, ts = tidak setuju, sts = sangat tidak setuju (mueller, 1986 : 24).
2.                   Data skunder
Data sekunder yaitu data penunjang penelitian yang diperoleh dari bgian tata usaha fisip unsika khusus mahasiswa program studi ilmu komunikasi.
Selain itu, data diperoleh dari berbagai referensi seperti buku, tesis, laporan peneletian, dokumen-dokumen, majalah, dan penerbitan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.

BAB III
A.    Hasil & Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini bahwa ada pengaruh isi facebook, intensitas membuka facebook dan kelompok terhadap prestasi belajar”, sedangkan pengaruh langsung dan tidak langsung  sebesar 37.78 %.
Dengan demikian besarnya pengaruh variabel luar (faktor-faktor lain) sebesar 62.22 %. Setelah analisis data atau selesai penelitian  diketahui adanya  faktor-faktor luar yang diduga mempengaruhi prestasi belajar
Azwar (1995) mengemukakan bahwa sikap dibentuk oleh faktor internal dan ekternal. Faktor–faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, emosi, kepribadian, pengalaman masa lalu, sumber-sumber yang dimiliki, keinginan, tujuan dan kebutuhan.  Faktor-faktor eksternal meliputi pesan-pesan dalam kelompok pergaulan yang kompleks, media massa dan informasi lain, latar belakang keluarga yang berbeda-beda, lingkungan sosial yang berbeda dan budaya atau hanya kebiasaan responden yang berbeda..
Pembentukan dan perubahan sikap menurut Gerungan (2000:154-155) :
Pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan obyek tertentu. Interaksi sosial dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru. Yang dimaksud interaksi diluar kelompok ialah interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia yang sampai pada kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah, dan lain-lainnya. Tetapi pengaruh dari luar saja belum cukup untuk menyebabkan berubahnya attitude atau terbentuknya attitude baru. Faktor-faktor lain yang turut memegang perananya ialah faktor-faktor intern didalam diri pribadi manusia itu. Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan pula oleh motif-motif atau attitude lainya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang itu. Jadi dalam pembentukan dan perubahan attitude itu terdapat faktor-faktor intern dan faktor-faktor ektern pribadi individu yang memegang perananya.
Sikap memiliki tiga komponen, yaitu Kognisi, Afeksi, dan Konasi (Mar’at, 1984 :13):
komponen kognisi berhubungan dengan pengetahuan, keyakinan atau penilaiaan terhadap apa yang diinformasikan. Komponen Afeksi berhubungan dengan respon emosional atau perasaan yang menunjukkan adanya rasa senang atau tidak senang terhadap ide atau gagasan yang diinformasikan. Komponen konasi berhubungan dengan kesiapan atau kecenderungan yang besar untuk melaksanakan apa yang diamati atau tindakan apa yang terkandung dalam informasi yang diperoleh.
Prestasi belajar adalah merupakan obyke sikap, pesan yang memuat obyek sikap itu maknya tergantung kepada persepsi pembaca, sumber pesan tentang obyek yang sama tidak saja dari facebook tetapi juga dari media komunikasi antrapersona dan media yang sama. Sikap pada suatu obek sikap yang memerlukan keterlibatan tinggi melalui proses yang panjang, lebih lama dan kompleks.


BAB IV

A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, didukung hasil analisis deskriptif dan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengaruh isi facebook terhadap sikap tentang prestasi belajar bepegaruh positif. Tetapi pengaruhnya relatif kecil, hal ini didukung dengan data rata-rata total skor jawaban responden yang mengindikasikan bahwa respons atas isi facebook dalam kategori sedang, respons atas isi facebook yang dipersepsi dalam kategori sedang.
2.  Pengaruh intensitas membuka facebook terhadap sikap tentang prestasi belajar berpengaruh positif, tetapi pengaruhnya relatif kecil, hal ini didukung dengan rata-rata data total skor jawaban responden yang mengindikasikan bahwa intensitas membuka facebook dan pemilihan serta penyajian tentang prestasi belajar dalam memberi pengaruh yang relatif kecil.
3. Pengaruh kelompok pergaulan terhadap sikap tentang prestasi belajar berpengaruh positif. Pengaruhnya sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan semakin tinggi berinteraksi dengan kelompok sendiri, pembatasan berinteraksi dengan kelompoknya sendiri akan semakin memperbesar prestasi belajar.
4. Pengaruh isi facebook, intensitas membuka facebook dan kelompok pergaulan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A., 1977. Social Learning Theory. New Jersey : Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs.
Bayu Melindo Putra, 2010. Pengaruh Jejaring Sosial pada Remaja, Jakarta. Bill Tancer, 2008. Click: What Millions of People are Doing Online and Why It Matters. USA.
Ahmadi, H. Abu. 1999. Psikologi Sosial.Rineka Cipta. Jakarta.
Atkinson, L Rita, 1987. Pengantar Psikologi. Jilid II. Edisi XI. Interaksara. Batam.
Al-Rasyid, Harun, 1998. Analisis Jalur. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.
Azwar, Saiffudin, 1997. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
-------------------, 2000. Sikap Manusia : Teori dan Pengukuranya. Pustaka Pelajar.    Yogyakarta.
Djarwanto,1991. Statistik Non Parametrik. BPEF, Yogyakarta.
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia.Alih Bahasa Agus Maulana dan Lyndon Saputra. Edisi Kelima. Professional Books. Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komuikasi: Teori dan Praktek.Remaja Rosdakarya, Bandung.
Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.Pustaka Jaya. Bandung.
Gerungan, W.A, 2000.Psikologi Sosial. Refika Aditama. Bandung.
Goldberg A. Alvin dan Larson E. Carl. 1985. Komunikasi Kelompok: Proses-proses Diskusi dan Penerapannya, UI-Press, Jakarta.
Hogg, Michael A. & Abrams, Dominic, 1990. Social Identifications: A Social of Intergroup Realitions and Group Processes,New York, Routledge, Chapman & Hall.
Krech,David, 1962, Individual In Society,  Mc. Graw-Hill Kogakusha, Ltd & Tosho Printing co. Ltd. Tokyo. Japan.
Mar’at, 1984, Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukuranya, Fakultas Psikologi UNPAD. Ghalia Indonesia. Jakarta..
Muis, A. 2001. Komunikasi Islami.PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Petebang, Eddy dan Eri Sutrisno. 2000.  Konflik Etnik di Sambas. Institut Studi Arus Informasi. Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin, 1997. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Remaja Rosda Karya. Bandung.
-----------------------, 1998, Psikologi Komunikasi, (Edisi Revisi), Remaja Rosda Karya. Bandung.
Sangarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1985. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1999, Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial, Balai Pustaka. Jakarta.
Sitepu, Nirwana SK, 1994, Analisis Jalur (Path Analysis), FMIPA UNPAD, Bandung.
Soelaeman, Munandar M, 2001. Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Rafika Aditama, Bandung.
Soehartono, Irawan, 2000. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian BidangKesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya.Remaja Rosdakarya, Bandung.
Susanto, Astrid S, 1982. Komunikasi Kontemporer. Binacipta, Bandung.
--------------------, 1995. Globalisasi dan Komunikasi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
.Shaw, Marvin E, 1977, Gruop Dynamic : Psycology of Small   Group  Behavior, 3 th Edition, New York; Mc Graw Hill.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1989. Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta.
Sitepu, Nirwana SK, 1994, Analisis Jalur (Path Analysis), FMIPA UNPAD, Bandung.
Stamm, R. Keith and Bowes E. John, 1990. The Mass Communication Process, Kendall/Hunt Publishing Company.
Supranto, J., 1998,  Teknik Sampling,  Rineka Cipta , Jakarta.
Severin, Werner, J. Tankard, 1992. Communication Theories: Origin Methods, and Uses in The Mass Media,Longman Publisher Group, New York.
Whindahl, S., Signitzer,B., and Olson,J, 1992, Using Communication Theory, London and Newbury Park, CA : Sage Publications.

Yusuf, Yusmar, 1989.. Dinamika Kelompok : Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi Sosial,Amrico, Bandung.