Konsep dasar Teori Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan
proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang
memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi
terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi
pembagian sensasi menjadi bagian-bagian
kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and
Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan
apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Teori
gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan
bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk
karena:
- Kedekatan posisi (proximity)
- Kesamaan bentuk (similiarity)
- Penutupan bentuk
- Kesinambungan pola (continuity)
- Kesamaan arah gerak (common fate)
A. PENGERTIAN GESTALT
Aliran Gestalt muncul sekitar tahun
1880 – 1843.Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti
sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah
bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan
yang terorganisasikan. Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik
terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan
penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian,
makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.(Hana
Panggabean, Phil. 2008).
B. TOKOH-TOKOH GESTALT
Tokoh-tokoh Gestalt yaitu sebagai berikut :
1.
Max Wertheimer
Max Wertheimer adalah tokoh tertua
dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.Wertheimer dilahirkan di
Praha pada tanggal 15 April 1880.Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan
Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja diUniversitas Frankfurt di
mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestaltyaitu, Wolfgang Kohler
dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt
Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt.
Tahun 1910 iamengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler
dan Koffka yang saatitu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep pentingnya : Phi phenomenon,
yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah
dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan
interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi
obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan
proses fisik tetapi prosesmental sehingga diambil kesimpulan ia menentang
pendapat Wundt.Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu
alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam
kotak itu.Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang
satu tegak.Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari
garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus
menerus.Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang.Gerakan
ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak
bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.Pada tahun 1923, Wertheimer
mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of
Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antaralain Hukum Kedekatan (Law of Proximity),
Hukum Ketertutupan ( Law of Closure), Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18
Maret 1886.Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh
Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910,ia bertemu dengan
Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran
psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian
yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian
gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi
belajar danpsikologi sosial.Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada
anggapan bahwa belajardapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi
Gestalt.Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces), adalah
suatu pengalaman yang membekas di otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan
secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali
kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupadengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap
jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan
menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejaktersebut cenderung
diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam
ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan
memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada
tanggal 21 Januari 1887.Kohler memperolehgelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah
bimbingan C. Stumpf di Berlin.Ia kemudian pergike Frankfurt. Saat bertugas
sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu denganWartheimer dan Koffka.Kohler
berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur
stasiun“Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah
melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis
dalam buku betajukThe Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor
simpanse diletakkan didalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar.Di dalam
sangkar terdapat beberapakotak berlainan jenis.Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkanpisang itu tetapi tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanseitu berhenti sejenak, seolah-olah
memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tibahewan itu dapat sesuatu ide
dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untukdijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme
dihadapkan pada suatu masalah atau problem,maka akan terjadi ketidak seimbangan
kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena
itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidak seimbangan kognitif, hal ini akan
mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler
sampai pada kesimpulan bahwa organisme dalam hal ini simpanse dalam memperoleh
pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
4. Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan
dalam field psychology oleh Kurt Lewin.Lewinlahir di Jerman, lulus Ph.D dari
University of Berlin dalam bidang psikologi thn 1914.Ia banyak terlibat dengan
pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Kohler dan mengambil konsep psychological
field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman
dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat.Ia menjadi professor di Cornell
University dan menjadi Director of the Research Center for Group Dynamics di
Massacusetts Institute of Technology
(MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.
Mula-mula Lewin tertarik pada paham
Gestalt, tetapi kemudian ia mengkritikteori Gestalt karena dianggapnya tidak
adekuat. Lewin kurang setuju dengan pendekatan Aristotelian yang mementingkan
struktur dan isi gejala kejiwaan.Ia lebih cenderung kearah pendekatan yang
Galilean, yaitu yang mementingkan fungsi kejiwaan. Konseputama Lewin adalah
Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan
psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermaknadan
menentukan perilaku individu.Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku
individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya
pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian yang memiliki batas-batas.Batas
ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya.Gerakan
individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam lapangan psikologis
ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati
dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidak seimbangan (disequilibrium),maka
terjadi ketegangan (tension).Salah suatu teori Lewin yang bersifat praktis
adalah teori tentang konflik.Akibat adanya vector-vector yang saling
bertentangan dan tarik menarik, maka seseorang dalam suatu lapangan psikologis
tertentu dapat mengalami konflik (pertentangan batin) yangjika tidak segera
diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidak seimbangan.
Berdasarkan kepada vector yang
saling bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3jenis :
a. Konflik mendekat-mendekat
(Approach-Approach Conflict)
Konflik ini terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang
sama-sama bernilaipositif.
b. Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance
Conflict)
Konflik ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua
obyek yang sama-sama mempunyai nilai negative tetapi ia tidak bisa menghindari
kedua obyek sekaligus.
c. Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance
Conflict)
Konflik ini terjadi jika ada satu obyek yang mempunyai nilai
positif dan nilai negative sekaligus.
C. PRINSIP DASAR GESTALT
a. Interaksi antara individu dan
lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki
organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and
ground.Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia,
bukan skill yang dipelajari.Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang
dibentuk.
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
‐
Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun
ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
‐
Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama
sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan
bentuk,warna, ukuran dan kecerahan.
‐
Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah
terbentuk sebelumnya.
‐
Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan
proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang
didapat tidak lengkap.
‐
Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan
mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang
akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana
agar mudah diingat.
‐
Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang).
Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih
dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap
sebagai ground.
‐
Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan
kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerah-daerah otak
yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
E. APLIKASI PRINSIP GESTALT
1. Belajar
Proses belajar adalah fenomena
kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar,terjadi reorganisasi dalam
perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki
cara pandang baru terhadap suatu problem.Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman
tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c. Perilaku
bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan.Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta
didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang
hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
e. Transfer dalam
Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang
tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas
dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip
pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan
dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang
muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah
adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis
tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena
penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang
sistematis.Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a. Kesanggupan.
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman.
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman
ituakan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf
kompleksitas dari suatu situasi. Semakin kompleks masalah akan semakin
sulit diatasi
d. Latihan.
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi
yangbersamaan
e. Trial
and Error. Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah,
seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight
untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Memory
Hasil persepsi terhadap obyek
meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu,jejak ingatan ini akan
berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek.
Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental.Secara
sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.Fenomena gossip
seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu
informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dilengkapi
oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya.
F. IMPLIKASI GESTALT
a. Pendekatan fenomenologis : menjadi
salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para
tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental
process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat
mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang
sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl
(1859-1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf,
salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada
akhir pertengahan abad XIX.Kohler dan Koffka bersama Wertheimeryang mendirikan
psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi
sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis.Fenomenologi adalah
deskripsi tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan
gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode
pelengkap untuk setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan
mengamati apa yang dialami secara langsung.
b. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran
behaviorisme: dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif,
berfokus pada higher mental process.Adanya perceptual field di interpretasikan
menjadi lapangan kognitif dimana proses prosesmental seperti persepsi,
insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh :Tolman (dengan Teori Sign
Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).
G. HUKUM – HUKUM BELAJAR GESTALT
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok ,
yaitu hukum Pragnaz,dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada
hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan,
dan kontinuitas.
Hukum Pragnaz
Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang.Setiap hal yang
dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju
keadaan pragnaz tersebut.Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok,
yaitu :
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat
cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
Contohnya :
Garis-garis di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok
garis yang masing-masing terdiridari dua garis, ditambah dengan satu garis yang
berdiri sendiri di sebelah kanan sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan
totalitas tersendiri.
Contohnya :
Gambar garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua
segi empat dan garis yang berdiri sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan
sebagai dua pasang garis lagi setelah ada garis melintang yang hampir saling
menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.
3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita
persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai
deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat
sebagai deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada
obyek-obyek yang ada.
G. PENERAPAN TEORI
GESTALT DALAM PROSES BELAJAR
Sebelum membahas teori Gestalt dalam
proses belajar ada baiknya membahas prinsip-prinsip belajar menurut teori ini
yaitu:
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan
pelajaran yang lainnya.
b. Belajar adalah suatu proses
perkembangan
Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan
baik apabila individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya.Kematangan
dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut.
c. Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual
tetapi juga emosional dan fisik individu.
d. Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon
yang tepat dalam suatu situasi tertentu.Apabila satu kemampuan dapat dikuasai
dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu
situasi baru. Dalam menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang
sebelumnya telah dimiliki.
f. Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami
hubungan diantar unsur-unsur yang terkandung dalam suatu masalah.
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan
dengan minat, keinginan dan tujuan siswa. Hal ini tergantung kepada apa yang
dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat
dirasakan manfaatnya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar
sekolah.Belajar dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam
kehidupan individu setiap waktu.
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Adapun kelebihan dan kekurangan
teori gestalt yaitu,
Kelebihan :
Teori ini lebih
melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan, dimana mereka
harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka. Dengan teori
Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam mempelajari
sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam proses
belajar.
Kekurangan :
Karena menurut
Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka dikawatirkan
akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang harus ditanggung
sangatlah banyak
CONTOH DAN KESIMPULAN
contoh dan kesimpulan yang dapat saya ambil dari teori ini adalah,
Jika
kita melihat gambar di atas, ada orang yang menganggap gambar tersebut adalah
gambar sebuah cangkir, ada juga orang yang beranggapan gambar di atas adalah
gambar seorang yang sedang memakai topi yang berbentuk lonteng. Dan bisa juga
mereka beranggapan bahwa gambar diatas ada 2 wajah yang saling berhadapan dan
tersenyum satu sama lain.
Jadi,menurut saya teori gestalt merupakan sebuah
persepsi. Persepsi setiap orang berbeda-beda. Banyak faktor yang membuat
persepsi orang berbeda-beda salah satunya adalah kesamaan bentuk. Faktor
inilah yang menyebabkan kita bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang
sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa
menemukan bentuk muka seseorang.
"sumber:
picture
by:
http://id.images.search.yahoo.com/images/view;_ylt=A2oKiaG9PU1W02IAcAseHYpQ;_ylu=X3oDMTIzam5jb25oBHNlYwNzcgRzbGsDaW1nBG9pZANmMTc2YmEyNzRlYjM4MzE1MjhhMDkzY2U2MGNlNTUzMARncG9zAzExBGl0A2Jpbmc-?.origin=&back=http%3A%2F%2Fid.images.search.yahoo.com%2Fyhs%2Fsearch%3Fp%3Dcontoh%2Bteori%2Bgestalt%26type%3Drhff_5281_FFW_ID%26fr%3Dyhs-iba-1%26fr2%3Dpiv-web%26hsimp%3Dyhs-1%26hspart%3Diba%26tab%3Dorganic%26ri%3D11&w=460&h=441&imgurl=honeyboy777.files.wordpress.com%2F2011%2F02%2Fgestalt-chalice.jpg&rurl=http%3A%2F%2Fhoneyboy777.wordpress.com%2F2011%2F02%2F25%2Fteori-gestalt%2F&size=45.7KB&name=%3Cb%3ETEORI%3C%2Fb%3E+%3Cb%3EGESTALT%3C%2Fb%3E+|+Honeyboy777%26%2339%3Bs+Blog&p=contoh+teori+gestalt&oid=f176ba274eb3831528a093ce60ce5530&fr2=piv-web&fr=yhs-iba-1&tt=%3Cb%3ETEORI%3C%2Fb%3E+%3Cb%3EGESTALT%3C%2Fb%3E+|+Honeyboy777%26%2339%3Bs+Blog&b=0&ni=21&no=11&ts=&tab=organic&sigr=11qopi1j3&sigb=14raf7c57&sigi=11r4cjdfp&sigt=11kbj7l7r&sign=11kbj7l7r&.crumb=luem/PpqSP3&fr=yhs-iba-1&fr2=piv-web&hsimp=yhs-1&hspart=iba&type=rhff_5281_FFW_ID
data by: https://www.academia.edu/5288403/Konsep_dasar_Teori_Gestalt
http://anii88.blogspot.co.id/2011/11/teori-gestalt.html "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar