A.
PENGERTIAN
BEHAVIORISME
Teori behavioristik adalah
teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh
respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat
diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi
yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam
menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan
tindakan yang diinginkan.
Teori belajar behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Beberapa
prinsip dalam teori belajar behavioristik,
meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;
(3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus
Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner,
1984).
Ciri-ciri Teori Behavioristik:
·
Mementingkan faktor
lingkungan
·
Menekankan pada faktor
bagian
·
Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
·
Sifatnya mekanis
·
Mementingkan masa lalu
B.
TOKOH-TOKOH
BEHAVIORISME
Tokoh-tokoh aliran behavioristik
diantaranya adalah Thorndike, Watson, Chark Hull, Edwin Guthrie, Pavlov,
Skinner, Robert Gagne dan Albert Bandura. Pada dasarnya para penganut aliran
behavioristik setuju dengan pengertian belajar diatas, namun ada beberapa
perbedaan pendapat diantara mereka. Setiap dari pelopor – pelopor ini
memberikan kontribusi yang kuat bagi perkembangan teori ini dari awal
perkembangannya hingga sekarang. Secara singkat, berturut-turut akan dibahas
karya-karya para tokoh aliran behavioristik, sebagai berikut :
1.
Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, teori behavioristik
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan atau gerakan / tindakan.
Jadi perubahan tingkah laku akibat
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu
tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku
yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan “Teori
Connectionism”.
Dasar-dasar teori Connectionism dari
Edward L. Thorndike (1874-1949) diperoleh juga dari sejumlah penelitian yang
dilakukan terhadap perilaku binatang. Penelitian-penelitian Thorndike pada
dasarnya dirancang untuk mengetahui apakah binatang mampu memecahkan masalah
dengan menggunakan “reasoning” atau akal, dan atau dengan mengkombinasikan
beberapa proses berpikir dasar.
Dalam penelitiannya, Thorndike
menggunakan beberapa jenis binatang, yaitu anak ayam, anjing, ikan, kucing dan
kera. Percobaan yang dilakukan mengharuskan binatang-binatang tersebut keluar
dari kandang untuk memperoleh makanan. Untuk keluar dari kandang,
binatang-binatang tersebut harus membuka pintu, menumpahkan beban, dan
mekanisme lolos lainnya yang sengaja dirancang. Pada saat dikurung,
binatang-binatang tersebut menunjukkan sikap mencakar, menggigit, menggapai dan
bahkan memegang / mengais dinding kandang. Cepat atau lambat, setiap binatang
akan membuka pintu atau menumpahkan beban untuk dapat keluar dari kandang dan
memperoleh makanan. Pengurungan yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan
penurunan frekuensi binatang tersebut untuk melakukan pencakaran, penggigitan,
penggapaian atau pengaisan dinding kandang, dan tentu saja waktu yang
dibutuhkan untuk keluar kandang cenderung menjadi lebih singkat.
Percobaan Thorndike yang
terkenal ialah dengan menggunakan seekor kucing yang telah dilaparkan dan
diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara
otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and
conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan
membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap
response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan
menimbulkan response lagi. Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka
kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari.
Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu
sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini
diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12
kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
Dari hasil penelitiannya, Thorndike
menyimpulkan bahwa respon untuk keluar kandang secara bertahap diasosiasikan
dengan suatu situasi yang menampilkan stimulus dalam suatu proses coba-coba
(“trial and error”). Respon yang benar secara bertahap diperkuat melalui
serangkaian proses coba-coba, sementara respon yang tidak benar melemah atau
menghilang. Teori Connectionism Thorndike ini juga dikenal dengan nama
“Instrumental Conditioning”, karena respon tertentu akan dipilih sebagai
instrumen dalam memperoleh “reward” atau hasil yang memuaskan
Dari percobaan ini
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut:
a)
Hukum
Kesiapan (law of readiness),
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b)
Hukum
Latihan (law of exercise),
yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara
kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat
karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak
dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam
belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin
dikuasai.
c)
Hukum
akibat (law of effect),
yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk
pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu
perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain
kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Kelebihan
Teori Thorndike
·
Kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan anak
untuk berfikir linier.
Pandangan
teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu
membawa anak menuju atau mencapai target tertentu.
Kekurangan
Teori Thorndike
·
Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang
mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab
hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan
dengan responnya
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan
yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka
manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan
mengerjakan PR akan membentuk sikapnya. Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar
binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan
antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang
diamati dan terjadi secara mekanis (Baharuddin, 2008:57). Selanjutnya Thorndike
menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:
a)
Hukum
Reaksi Bervariasi (multiple response)
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh
prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b)
Hukum
Sikap ( Set/ Attitude)
Hukum
ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh
hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun psikomotornya.
c)
Hukum
Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element)
Hukum
ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (
respon selektif).
d)
Hukum
Respon by Analogy
Hukum
ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum
pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang
belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi
transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin
mudah.
e)
Hukum
perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)
Hukum
ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang
belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan
penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :
1)
Hukum latihan
ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus
respon belum tentu diperlemah.
2)
Hukum akibat direvisi.
Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah
laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
3)
Syarat
utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling
sesuai antara stimulus dan respon.
4)
Akibat
suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.
2.
Teori Belajar Menurut Watson
Watson adalah
seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan
kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar mengajar, namun Ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak
dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.
Watson adalah
seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar dengan ilmu-ilmu
lain seperti biologi dan fisika yang sangat berorientasi pada pengalaman
empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Asumsinya bahwa hanya
dengan cara demikianlah maka dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang akan
terjadi setelah seseorang melakukan belajar. Para tokoh aliran behavioristik
cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak
dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar,
walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu adalah penting.
3.
Teori Belajar Menurut Chark hull
Chark hull juga menggunakan variabel
hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang
belajar. Namun Ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh
Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua tingkah laku
bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis sangat
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam
kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan
praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Namun teori ini
masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.
4.
Teori
Belajar Menurut Edwin Guthrie
Demikian juga dengan Edwin Guthrie. Ia
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Namun Ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus
berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan kebutuhan sebgaimana yang dijelaskan
oleh Chark dan Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon
cenderung hanya bersifat sementara , oleh sebab itu dalam kegiatan belajar
peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara
stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon
yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai
macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya
bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun Skinner mengemukakan dan
mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcement)
dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah
hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell Gredler, 1991:44). Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah
situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan
sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus
agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru
harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa atau peserta didik
harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas,
guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell Gredler, 1991:50).
5.
Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936).
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September
1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi
seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari
Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi.
Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan.
Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun
1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology
behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902)
dan Conditioned Reflexes(1927).
Classic conditioning ( pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya
terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus
bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme,
dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia
bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan
arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.
Bertitik tolak dari
asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku
manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov
mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap
binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan
percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga
kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu
makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan
adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun
akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang,
maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa
makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah
rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau
perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan
menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut:
Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat,
bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov
menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata
diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Dari eksperimen
Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami
dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika
lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang
dikondisikan.
Apakah situasi ini
bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-hari ada situasi
yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim
Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing,
tetapi setelah si penjual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak
ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.
Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank.
Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian
dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di
rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa
harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut
dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
6.
Teori Belajar Menurut
Skinner
Seperti halnya
kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik
untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya
yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar,
ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi
diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The
Experimental an Analysis of Behavior”.
Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the
Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika.
B.F. Skinner
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model
instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme
melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar.
Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning
klasik.
Gaya mengajar guru
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru
melalui pengulangan dan latihan. Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku
operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium
Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut
“skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol,
alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan
lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box,
tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan
makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si
tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai
percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan
yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Beberapa
prinsip Skinner antara lain :
·
Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
·
Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
·
Materi
pelajaran, digunakan sistem modul
·
Dalam
proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman
·
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas
sendiri
·
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer
·
Dalam pembelajaran
digunakan shapping.
7. Robert
Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah
seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan
konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis
komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk
mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong
guru untuk merencanakan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya
belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual.
Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai
dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih kompleks ( belajar
SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai
pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut
tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
8.
Albert Bandura
(1925-masih hidup).
Bandura lahir pada
tanggal 4 Desember 1925 di Mondare
alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan
teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya
yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru
secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi
adalah:
·
Perhatian,
mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
·
Penyimpanan
atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
·
Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,
keakuratan umpan balik.
·
Motivasi,
mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
C. Implikasi behaviorisme
Ada beberapa
implikasi teori behavioristik dalam
pembelajaran, antara lain :
1.
Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,
pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar.
2.
Peserta didik dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik
3.
Teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta
didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri
4.
Karena teori behavioristik memandang
bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka Peserta didik atau
orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat
5.
Tujuan pembelajaran menurut teori
behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi
aktivitas “mimetic”, yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes
6.
Evaluasi menekankan pada respon
pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil
test.
D.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan:
1. Sangat
cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan
daya tahan. Contoh : percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, olahraga.
2. Cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
3. Dapat
dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari
luar dirinya
Kekurangan:
1. Pembelajaran
siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik,
dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
2. Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( teori skinner ) baik
hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang
justru berakibat buruk pada siswa.
CONTOH
DAN KESIMPULAN
contoh dan kesimpulan yang saya ambil dari teori ini adalah,
Saya
akan mengambil contoh untuk teori behaviorisme adalah anjing.percobaan pertama
jika anjing akan diberi makanan dia akan menjulurkan lidahnya. Percobaan kedua,
kita membunyikan lonceng tetapi tidak memberi makan,anjing tersebut tidak akan
menjulurkan lidahnya. Lalu percobaan ketiga kita membiasakan memberi makan
anjing dan membunyikan lonceng. Anjing tersebut akan menjulurkan lidahnya karna
ada makanan. Dan percobaan terakhir, jika dibunyikan loncengnya saja tanpa
diberi makanan anjing tersebut akan menjulurkan lidahnya. Kenapa seperti itu?
Karna anjing tersebut sudah mulai biasa, ketika dia diberi makanan dia selalu
mendengar suara lonceng tersebut.
Menurut saya kesimpulan
untuk teori ini adalah, teori behaviorisme yang penting adalah
stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Dan Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
"sumber:
picture by: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTpJ2oyRkv0Zawz3sQp4U1BBwE11kNSQiXvmORNVUcKi0r9XfSWwFKTOiWKZpkDt67_6yYOW-WQsFWGvTUu6OPrdN-0Z6asrKDCuLNvKvzbcjqbqwcBuv6N_IXgJKFYmTu0-y2baCwMw/s1600/PAVLOV.gif
data by: https://www.academia.edu/5530695/Makalah_TEORI_BEHAVIORISTIK

Tidak ada komentar:
Posting Komentar